Senin-Jumat 08.00-17.00
0267-840-3298
0813-9831-5045

Menu

Kesederhanaan bermula dari diri sendiri

Jumat, September 28th 2018.

Kesederhanaan bermula dari kita sendiri dan, bagaimana kita hidup dengan cara berpikir yang sederhana. Mengesampingan ego kita, beserta dengan kesombongan yang ada pada diri kita. Kesederhanaan, bukan berarti seseorang harus hidup dengan membungkukkan punggungnya, dan hidup dengan apa yang bisa diraihnya. Untuk itu, sederhana bukan berarti kita harus hidup seadanya dan serba pas-pasan. Justru, seorang baru dikatakan sederhana apabila ia mampu merendah bahkan ketika telah memiliki segalanya, banyak hal untuk dibagikan dan merupakan hasil jerih payah, usaha, perjuangan yang kita lakukan.

Rasulullah saw. seorang pemimpin yang sederhana. Rumah dan perabotan beliau sederhana. Pakaian beliau tidak lebih bagus dari yang lain. Beliau bergaul dengan siapa pun, kaya maupun miskin. Pola pikir beliau juga tidak berbelit-belit, Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah memilih antara dua perkara melainkan akan memilih yang paling mudah antara keduanya selama perkara itu tidak mendatangkan dosa. Jika mendatangkan dosa, baginda adalah orang yang paling menjauhinya” (HR. Muslim). Beliau makan juga tidak melebihi batas kenyangnya perut. Aisyah menuturkan, keluarga Muhammad tidak ada yang pernah kenyang dari roti gandum dua hari berturut-turut sampai meninggal (HR. Bukhari).

Kesederhanaan dapat mengubah suasana sosial semakin harmonis, terhindar dari kesenjangan yang dapat mengusik ketentraman hidup bersama. Kesederhanaan akan membuka sekat diri merasa lebih berharga. Dan menggantinya dengan ketawadhuan, kesadaran akan keterbatasan diri, begitu pula rekan-rekan kita. Maka saling melengkapi lebih penting dari pada menonjolkan diri. Inilah refleksi keimanan, Rasul bersabda, “Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman” (HR. Abu Dawud).

New
Rp 385.000
New
Rp 355.000
New
Rp 325.000
New
Rp 325.000
New
Rp 325.000
New
Rp 295